Awal Masuk Kuliah di Tengah Pandemi (April 2020)

Saya resmi masuk sebagai mahasiswa S2 pada April 2020.
Sejujurnya, detailnya agak kabur karena sekarang saya menuliskannya di tahun 2025. Tapi ada satu hal yang tidak akan saya lupa: saat itu, COVID-19 baru saja menjadi pandemi global.

Karena pandemi baru mulai menyebar, entrance ceremony (upacara masuk) ditiadakan, dan semua kegiatan kampus langsung berpindah ke format online.
Bisa dibilang, awal kehidupan kuliah saya cukup unik dan tidak seperti mahasiswa angkatan lainnya.

πŸŽ“ Menyusun Strategi Kuliah

Hal pertama yang harus dilakukan setelah resmi menjadi mahasiswa tentu saja adalah mengambil mata kuliah.

Di program saya β€” Master Program in Applied Physics β€” ada syarat untuk menyelesaikan 30 SKS dalam masa studi dua tahun.
Sejak awal, saya punya satu strategi besar:
πŸ‘‰ Selesaikan semua SKS di tahun pertama, supaya tahun kedua bisa fokus sepenuhnya pada riset.

🧭 Sistem Perkuliahan: Wajib, Jurusan, dan Pilihan

Waktu itu, sistem pengambilan mata kuliah terasa cukup membingungkan. Ada tiga jenis mata kuliah yang harus saya pahami:

  • Mata kuliah wajib universitas
  • Mata kuliah wajib jurusan
  • Mata kuliah pilihan, yang punya berbagai persyaratan tambahan

Butuh waktu untuk benar-benar memahami sistem ini, apalagi saya masih menyesuaikan diri dengan kampus dan lingkungan baru.
Setelah paham alurnya, barulah saya mulai menyusun jadwal dan rencana belajar.

πŸ–₯️ Kuliah Online: Real-time vs On-demand

Karena pandemi, hampir semua mata kuliah diadakan secara online. Menariknya, ada dua jenis kuliah online:

  • πŸ•’ Real-time : kuliah dilakukan langsung pada jam tertentu
  • πŸ“ On-demand : dosen merekam kuliah dan mahasiswa bisa menonton kapan saja

Kebetulan, sebagian besar mata kuliah yang saya ambil adalah on-demand.
Ini sangat membantu, karena:

  • Pagi–sore: saya bisa fokus pada riset di lab.
  • Malam: saya menonton rekaman kuliah dan mengerjakan tugas.

Dengan sistem ini, saya merasa punya fleksibilitas waktu yang jauh lebih baik dibanding kuliah tatap muka biasa.

✍️ Strategi Pemilihan Mata Kuliah

Saya menyadari sejak awal bahwa kemampuan menulis saya tidak begitu baik.
Karena itu, saya lebih memilih mata kuliah dengan sistem penilaian berupa ujian tulis, bukan laporan panjang.

Alasannya sederhana: saya lebih nyaman menyelesaikan soal ujian dibandingkan menulis laporan bebas.
Hasilnya?

  • βœ… Mata kuliah dengan ujian tulis: mayoritas dapat nilai A
  • 🟑 Mata kuliah dengan laporan: nilai saya cenderung lebih rendah

Tapi itu bukan masalah besar. Sejak awal S2, saya sadar bahwa IPK bukanlah segalanya (kalau bisa tinggi ya bagus) β€” yang lebih penting adalah kualitas riset yang saya hasilkan.

πŸ§ͺ Fokus pada Riset di Tahun Kedua

Dengan semua SKS selesai di tahun pertama, saya bisa sepenuhnya fokus pada riset saat masuk tahun kedua. (Meskipun di tahun pertama juga sudah fokus riset)
Ini keputusan yang sangat membantu, karena:

  • Eksperimen sering membutuhkan waktu panjang dan tidak selalu berjalan mulus.
  • Pengolahan data juga cukup menyita waktu.
  • Menyeimbangkan riset dan kuliah secara bersamaan bisa sangat melelahkan. (Saat mengambil kuliah tentunya terdapat tugas juga yang harus diselesaikan)

Kalau kamu juga akan kuliah S2, menyelesaikan mata kuliah lebih awal bisa jadi strategi yang sangat efektif.

🌿 Penutup: Pelajaran dari Masa Pandemi

Tahun pertama kuliah saya mungkin berbeda dengan kebanyakan orang β€” tidak ada entrance ceremony, semua kelas online, dan kehidupan kampus terasa sepi. Tapi dari situ saya belajar:

  • πŸ“Œ Fleksibilitas itu penting
  • 🧠 Strategi belajar di awal bisa membuat perjalanan riset jauh lebih ringan
  • β˜• Fokus pada hal yang penting β€” dalam hal ini, riset β€” adalah kunci

Kalau kamu juga pernah mengalami kuliah saat pandemi, atau sedang merencanakan kuliah di Jepang, semoga cerita ini bisa memberi gambaran dan sedikit tips praktis.
Kalau kamu punya pengalaman serupa, boleh banget ceritakan di kolom komentar πŸ‘‡