Berangkat ke Jepang (Researcher visa)
Setelah menerima pengumuman resmi bahwa saya diterima sebagai mahasiswa program S2 di University of Tsukuba, rencana awalnya saya akan berangkat ke Jepang menjelang tanggal 1 April 2020. Hal ini karena secara administrasi, status resmi saya sebagai mahasiswa baru dimulai per 1 April 2020, yang bertepatan dengan awal tahun akademik di Jepang.
Pada saat itu, tidak ada seorang pun yang membayangkan bahwa dunia akan segera dilanda pandemi COVID-19 yang akan memengaruhi kehidupan selama beberapa tahun. Semua rencana keberangkatan, perkuliahan, dan aktivitas penelitian masih terlihat normal di depan mata.
Namun, pada bulan Oktober 2019, calon pembimbing saya di Jepang menghubungi saya melalui email. Beliau menyampaikan kabar baik: saya diperbolehkan datang lebih awal agar bisa beradaptasi dengan lingkungan kampus, laboratorium, dan kehidupan di Jepang sebelum perkuliahan resmi dimulai. Beliau bahkan mengusulkan agar saya mulai kegiatan penelitian pada bulan Februari 2020, yang berarti saya harus berangkat pada akhir Januari 2020.
Tidak hanya itu, beliau juga menunjukkan kepedulian luar biasa. Karena saya belum mendapatkan kepastian apakah diterima dalam program NIMS-GRA (NIMS Graduate Research Assistanship) atau tidak, beliau berinisiatif untuk memberikan dukungan finansial berupa uang saku selama dua bulan pertama (Februari dan Maret), serta siap membantu mencari alternatif pendanaan jika saya tidak lolos program tersebut. Bagi saya, hal ini merupakan salah satu momen awal yang membuat saya merasa sangat beruntung memiliki pembimbing seperti beliau.
Proses keberangkatan pun berjalan cukup cepat. CoE (Certificate of Eligibility) saya selesai di awal Januari 2020 dan dijadwalkan tiba di alamat rumah pada 20 Januari 2020. Begitu dokumen itu saya terima, saya langsung mengurus pembuatan visa di Konsulat Jepang terdekat. Prosesnya sangat cepat—hanya tiga hari kerja—dan pada 23 Januari 2020, visa dengan status Researcher resmi saya pegang.
Akhirnya, pada 29 Januari 2020, saya menjejakkan kaki di Jepang untuk pertama kalinya sebagai mahasiswa S2 dan peneliti. Saat itu saya belum menyadari betapa perjalanan ini akan penuh kejutan, tantangan, dan pelajaran berharga—baik di bidang akademik maupun kehidupan sehari-hari. Perjalanan ini menjadi awal dari babak baru hidup saya di negeri sakura.
