Setelah menyelesaikan studi S1 pada Oktober 2018, saya tidak langsung kembali ke kota asal karena masih memiliki tanggung jawab sebagai Koordinator Asisten Laboratorium Fisika Lanjut hingga Desember 2018. Selama periode tersebut, saya juga mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian bahasa Jepang level N3 untuk ketiga kalinya pada bulan Desember 2018. Usaha ini membuahkan hasil, dan saya berhasil lulus ujian tersebut. Pengalaman saya dalam mempelajari bahasa Jepang akan saya ceritakan lebih lanjut dalam postingan yang lain.
Di penghujung tahun 2018 (saya lupa bulan pastinya), saya berkesempatan menghadiri seminar di ITB mengenai peluang studi lanjut di Hiroshima University. Saya merasa tertarik karena banyak dosen Fisika ITB yang juga merupakan alumni universitas tersebut. Setelah mengikuti seminar, saya mulai mencari dosen yang topik penelitiannya relevan dengan bidang yang saya minati.
Setelah menemukan dosen yang sesuai, saya segera menghubungi beliau untuk menanyakan kesediaannya menerima mahasiswa internasional. Syukurnya, beliau merespons dengan cepat dan menyatakan kesediaannya. Namun, beliau menginformasikan bahwa tidak ada beasiswa yang bisa diberikan, sehingga saya harus mencari sumber pembiayaan sendiri untuk studi dan biaya hidup sehari-hari. Saya mencoba mendaftar beasiswa MEXT (beasiswa pemerintah Jepang), tetapi sayangnya, saya gagal mendapatkannya, kemungkinan besar karena penulisan research plan yang kurang optimal saat seleksi berkas.
Namun, keberuntungan masih berpihak. Seorang senior saya, yang saat itu lulus bersamaan dengan saya namun di jenjang S2, mengenalkan saya pada program NIMS-GRA (NIMS-Graduate Research Assistantship). Saya pun mendaftar untuk program ini bersamaan dengan senior saya, dan detailnya akan saya bagikan di postingan berikutnya.
Pelajaran Penting: Jangan Pernah Menyerah Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa meski gagal dalam satu kesempatan, selalu ada jalan lain yang bisa diambil. Tetaplah gigih dan terus berusaha.